Dalam catatan sejarah peradaban dunia, China adalah negara yang unggul dalam persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak 50 abad yang silam. Salah satu yang dikagumi dunia, tentang profil The Great Wall of China (Tembok Raksasa China) sepanjang 8.850 km yang dibangun 3000 tahun silam (800 SM).
Sebuah motivasi kepada umat Islam di muka bumi tentang fatwa ulama (ilmuwan) yang konon bersumber dari Nabi Muhammad SAW, bunyinya yaitu "Timbalah ilmu meski harus berangkat ke daratan China".
Kita pernah berada di Beijing Selama sepekan untuk melihat selayang pandang beberapa destinasi wisata di negeri Tirai Bambu. Salah satu diantaranya ke lokasi kota terlarang yaitu istana warisan Kaisar China di jantung kota Beijing ibukota Republik Rakyat Tiongkok.
Pada saat itu kita bersama ribuan warga kota dan para wisatawan lewat di lapangan Tiananmen berjalan kaki di depan sebuah rumah khusus tempat pemakaman Mao Tse Tung, Tokoh Partai Komunis yang disebut Bapak Republik Rakyat Tiongkok.
Sahabat karib kita seorang kiai di pondok pesantren dulu termasuk warga negara yang antipati terhadap China. Sekarang berubah, justru para santrinya dianjurkan belajar Bahasa Mandarin sebagai salah satu bahasa PBB, setelah berkunjung ke daratan China.
Sore tadi kita bertemu dengan tetangga di kampung Manggalarang dari etnis Tionghoa kelahiran kota Singkawang. Dia tadi bercerita, bahwa kota Singkawang yang dihuni mayoritas warga etnis Tionghoa, sekarang semakin indah sebagai destinasi wisata internasional dan destinasi religi bagi umat Budha dan Konghucu di Kalimantan Barat.
Kita pernah berkunjung ke kota Singkawang dua kali pada tahun 2012 dan 2013. Kota tersebut tercatat sebagai kota yang aman dan kota paling toleran di wilayah Nusantara. Warga Singkawang sangat bersyukur atas kebijakan Presiden Gus Dur (Abdurrahman Wahid,) yang telah menetapkan Konghucu sebagai agama resmi di Indonesia sejak awal reformasi tahun 1999. Afwan Barokallah Amien
Senin, 02 Oktober 23
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim