Dinasti Samaniah
Nuh bin Nasr berkuasa di Khurasan dan Transoksoksania sejak tahun 331 H/942 M. Dia mengawali pemerintahannya dengan memberikan ampunan kepada mereka yang telah menentang Dinasti Samaniah pada masa ayahnya. Sebagian dari mereka bahkan diberikan kekuasaan di beberapa wilayah tertentu.
Pada masa Nuh terjadi pertentangan antara Dinasti Samaniah dan Dinasti Buwaihi karena Dinasti Samaniah ingin mengambil kembali Ray dari tangan Rukn ad-daulah, Sultan Buwaihi di Jibal. Pertentangan ini berakhir dengan kekalahan pihak Nuh karena sebagian Tentaranya membelot ke pihak Buwaihi.
Meskipun demikian, usaha yang sama dilakukannya kembali, seting pada akhirnya Nuh dapat menguasai Ray dan Jibal pada tahun 333 H/994 M.
Setelah itu, tentara kemudian meminta Ibrahim bin Ahmad, paman Nuh yang bersekutu dengan Nasr ad-daulah bin Harridan dari Dinasti Hamdani, agar datang untuk di baiat.
Permintaan tersebut dipenuhi oleh Ibrahim, tetapi kemudian muncul peperangan antara Ibrahim yang didukung oleh Abu Ali bin Muntaj, mantan panglima pasukan Nuh di Khurasan dan Nuh sendiri.
Pasukan Ibrahim berhasil menguasai Nisabur, Marw, dan Bukhara pada tahun 335 H/946 M, dan disana nama Ibrahim disebut dalam Khutbah. Namun, Abu Ali bin Muhtaj tidak tinggal diam dan menyerang Ibrahim karena sikapnya yang ingin membangun kekuasaan untuk dirinya sendiri.
Bersambung.....