Dinasti Samaniah
Pada tahun 322 H/933 M, Mohammad bin Ilyas memberontak terhadap Nasr dan menuntut kekuasaan atas kiriman. Nasr mengirim tentaranya dalam jumlah besar dibawah pimpinan Makan bin Kali.
Pasukan Nasr pun berhasil memadamkan pemberontakan. Namun, pada tahun 328 H/939 M, Makam bin Kali malah berbalik menentang Dinasti Samaniah di Jerman. Nasr kembali mengirimkan pasukannya dan akhirnya dapat mengalahkan Makam dan menguasai kembali wilayah Buruan.
Setelah itu, kemenangan demi kemenangan diraih Dinasti Samaniah. Abhar, Qazwin, Nihawan, Dinur, dan Bulan berhasil dikuasai. Nasr kemudian meninggal dalam Usia 38 tahun, setelah berkuasa selama 30 tahun.
Nasr adalah penguasa Dinasti Samaniah yang terbesar. Pada masa-masa akhir kehidupannya dia menganut mazhab Ismailiah. Namun, Nuh bin Nasr, putra Nasr sekaligus pewaris tahta Dinasti Samaniah, berusaha untuk menghancurkan Ismailiah dan para pendukungnya.
Maqrizi, sejarawan Mesir abad ke-9 H/ke-15 M, menyebutkan bahwa Nasr mengirimkan surat yang isinya mengakui kekuasaan spritual Ubaidillah al-Mahdi pendiri Dinasti Fatimiah yang berkuasa sejak 297 H/909 M.
Bersambung.....